Siswa Kelas 3 SD Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta Belajar Mengenal Maggot, Si Ulat Pemakan Sampah dan Pelindung Bumi

SOLO — Berdasarkan data analisis ekonomi dan industri dunia, Indonesia merupakan penghasil sampah makanan (food loss and waste) terbesar kedua di dunia. Sampah makanan ini termasuk jenis sampah yang berpotensi sebagai sumber gas metana. Gas tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming).

Singkatnya, saat kita membuang makanan atau sampah taman ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, terbentuklah gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena gas metana termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.

Dalam kegiatan PBL (Praktek Belajar Lapangan) pada Selasa (26/09) kemarin, siswa-siswi kelas 3 dikenalkan dengan salah satu hewan pengurai sampah yang bernama maggot. Salah seorang pemandu PBL menerangkan, “Apabila kita bisa memilah-milah antara sampah organik dengan sampah anorganik itu akan sangat bermanfaat sekali, teman-teman. Karena dengan memilah sampah organik ini, kita bisa menjadikan hewan maggot itu sebagai pengolah sampah organik yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk tanaman dan kegunaan lainnya.”Magot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) sehingga sering disebut maggot BSF. Bentuknya mirip ulat. Lalat ini berbeda dengan jenis lalat pada umumnya seperti lalat rumah dan lalat hijau yang dicap sebagai agen penyakit. Lalat BSF tidak menimbulkan bau busuk dan bukan pembawa sumber penyakit. Sebab dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami.

Koordinator Paralel Kelas 3, Endah Sri Handayani, S.Pd mengatakan, “Tidak ada ciptaan Allah yang tidak berguna. Semuanya pasti memiliki peran penting masing-masing dalam kehidupan ini. Tak terkecuali si maggot ini. Seekor ulat kecil tapi memiliki peran besar dalam menjaga bumi dari pemanasan global. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, para siswa lebih bersyukur dan menghargai kesehatannya. Selain itu diharapkan anak-anak bisa mengerti dampak dari membuang sampah sembarangan atau keuntungan dari memilah sampah.” (Abshi)